Friday, December 26, 2014

rindu tak bisa berdalih


waktu datang teratas namakan cinta.
angin berlalu membawa dalih romansa.
diam disepenggal kata dalam rima doa.
mengagungkan kesetiaan manusia.

canda kau buat,
rindu kau lepas begitu hebat.
coba kau lihat,
ada hati yang sendiri di ujung kiamat.

lenggang langkah kau nyanyikan bahagia.
di jejak langkah ada darah.
seperti bekas luka yang tak kau rasakan
nyanyianmu berlanjut menepikan kediktatoran malam.

jangan lagi kembali.
satu luka telah kau sayat di tepian hati.
tepat di samping pintu pembuka imaji.
biar waktu yang ambil alih takdir Illahi..

~@kopipiko

Thursday, November 13, 2014

Pulau Merah

Pada jejak-jejak yang jatuh dari langkahmu
angin menghempaskan pahatan-pahatan kecil di jalan kepergian itu.
membangun peradaban pengubur lupaku dalam istana pasir.
di pantai pulau merah.

Perubahan musim tak merubuhkan kau secuil pun dari kepalaku
sebab kau telah menjadi lukisan yang terpaku di dinding dada
paku yang menyukai setiap pukulan palu yang kaubuat dari pelukanmu.
begitu menancap kuat di ingatan.

Jika pantai ini kau dedah, kau hanya akan menemukan kepalaku
tapi akankah kutemukan aku jika kepalamu kubedah dengan pantai ini?
"bisa iya, mungkin tidak," sahut detik arlojimu.
kepalaku pun terangguk mahfum.

(by: @kopigenic)

Wednesday, November 12, 2014

Waktu Telah Tiba Untuk Wanitamu

Terkadang, masing-masing dari kita ada masanya jatuh hati hingga patah hati. Keduanya menimbulkan rasa yang sangat menjengkelkan, dari debar-debar yang lucu hingga perih yang disebabkam oleh satu orang, yaitu dia yang katanya mencintaimu.

Seperti pagi yang sudah lumayan terik kali ini, dalam keadaan yang separuh telanjang jauh dari kata indah di kasur, dan barang-barang berhamburan tidak pada tempatnya, keadaanku tak pernah sekacau ini sebelumnya. Yah, hatiku patah.. begitu parah.

Harusnya semalam otak kamu pasang dengan baik, sebelum kau lontarkan kata-kata yang mematikan rasa hingga membuat akalmu entah hilang ditelan siapa. Hampir seribu lima ratus hari lamanya kita bersama, dan kau memutuskanku begitu saja?

KAMPRET!!!

Dan ku ketahui akhirnya, karena seorang wanita. Jadi, kamu meninggalkanku karena ada wanita lain yang kau cinta? Tak apa, bersenang-senanglah, dan tunggu saatnya aku bunuh wanitamu itu. Tak mau aku tahu, dia harus juga merasakan cinta yang bajingan ini.

Sebelum pembunuhan aku lakukan, baiknya kuburku aku gali terlebih dahulu.

Monday, November 10, 2014

Pada Sebuah Pagi

Pagi yang seperti biasanya, aku yang masih menyimpan rasa, sedang kau yang sudah tak lagi mencinta.

Mungkin sudah dari jaman firaun belum pakai sempak bahwa kadang kenyataan memang begitu bajingan pahitnya. 

Bagaimana mungkin kamu, yang dulu selalu mengagungkan aku sebagai ratu di hatimu, sekarang mencampakan dan tak mau kenal lagi siapa aku.

Dan keparatnya lagi, kau pergi menyisakan kenangan-kenangan yang tak mudah pergi selain dari abadi.Sebatu-batunya usahaku, kenangan itu malah menjelma semakin keras, dan buat rindu yang menyedihkan ini semakin kebas.

Begitu jahatnya kamu, dan bebalnya aku yang masih mencintaimu. Seperti halnya kopi yang sekarang ada di atas mejaku, kopi hitam tanpa gula, aku tahu bahwa kopi ini sangat pahit.. tapi, karena itulah... paling tidak ada yang menemaniku dalam hal-hal yang menyangkut tentang pahit.


Thursday, October 23, 2014

aamiini mimpi

dingin embun pagi.
lirih turun menyapa keheningan.
memeluk kesepian.
mengikis setia dalam dekapan.

semalam tadi,
rindu menyapa mimpi.
bergulat dengan imaji.
menghangatkan sendiri yang menanti.

bayang seakan indah.
senyum bahagia merekah.
setiap ucap rindu terdengar mendesah.
hilang semua gundah.
tapi itu mimpi, sayang.
bukan nyata yang selalu kuinginkan.
bukan nyata yang pernah sama kita impikan.
bukan nyata yang selalu kuaamiinkan.

pagi, sayang.
sapa mentari pagi.
kusuguhkan hidang secangkir kopi.
menghangatkan sisa mimpi.
lalu kuaamiinkan untuk kelak ada benar terjadi.

sampaikan pada riuhnya hari ini,
aku nenanti di ujung cinta yang abadi..

(@kopipiko)

Saturday, October 18, 2014

Tempat(nya) Pensil

Jemari lentikknya...
Keanggunan yang selalu menyapaku ketika ia sedang merasa; sedih, kecewa, gundah, jatuh cinta 
Sesakan benda berwarna lebih dari sepuluh itu adalah warninya keberadaanku 
Aku tak pernah protes
Ketika dia lebih sering menggenggam lancip-lancip yang sering menusuk tubuhku
Aku hanya sebagai penampung perasaanya
Dia lebih hirau kepada rautan, air di gelas mineral, beberapa lembar kertas gambar dan kanvas.
Tapi aku cukup senang, mampu menemaninya melukis keajaiban dari perih dan kedukaan.
Aku mengenalnya sebagai gadis yang mudah jatuh cinta tetapi sering dipatahkan kecewa.
Seorang gadis yang jarang menangis tetapi kaca-kaca di sepasang matanya tak bisa ditepis.
Sedang aku, hanya tempat(nya) pensil warna yang bersedia membuatnya bahagia meski dia tak pernah menyadarinya.

(@kharismarena)

Thursday, October 9, 2014

kopi pagi yang menanti

mentari datang tepati janji
siap membuka panggung megahnya hari
secangkir kopi dan roti isi
temani kepergian embun pagi
menghangatkan sekedarnya jiwa yang sendiri

masih tersisa riuh kesepian semalam
yang begitu riang tarikan bahasa kerinduan
yang begitu lincah berlarian
lalu nyanyikan bait-bait syahdu kenangan
yang begitu anggun duduk di kursi penantian

ada jiwa yang menanti
tentang sebuah kepergian yang sisakan peluh hati
tentang hari-hari bahagia yang pernah saling mengisi
dan juga tentang indahnya mimpi yang pernah saling ter-aamiin-i

jiwa yang sendiri
yang terkadang hanya menatap pada kenangannya
lalu memelukknya dengan penuh harapan
agar kelak nanti akan kembali lagi kepadanya

sejuta kenangan indah
tak akan bisa begitu saja musnah
karna benih rindu yang dulu
kini mulai perlahan merekah

kopi pagi yang menanti
tentang bagaimana hujan begitu sigap menjadi saksi
saksi pada dua hati
yang berlarian telanjang kaki
sambil tertawakan semua isi hari
yang lalu mencinta sendiri
seakan tak pernah akan ada lagi

kopi pagi yang menanti
tentang bagaimana cinta pernah terjadi
di mana dua anak manusia saling membakar nafsu dunia
lalu mulai mendosa walau berdalih cinta
buta pada sekitarnya

kopi pagi yang menanti
masih dengan rindu dan keyakinan esok kan kembali.

(@kopipiko)

Tuesday, October 7, 2014

PeRi di Samudra Rindu

Rindu.....
Sinar mentari menyeruak masuk lewat tirai jendelaku.
Derai hangat menyinari kalbu.
Senyum terjuntai menghiasi bibirmu.
Mengakhiri rangkai mimpi indah jiwaku.
Menyapa, terucap selamat pagi untukku.
Pilu......
Semua tiada bermakna.
Kisah penuh kasih, hangat canda tawa, bahagia membingkai kisah.
Hanya fatamorgana.
Kamu...
Bagai angin lalu, lupa akan itu semua..
Datang dengan sejuta pesona.
Namun kamu melenggang pergi saat ku mulai percaya.
Sungguh...
Belati kasih menyayat jiwa.
Panah cinta menghujam, menyisakan darah kecewa.
Aku...
Perajut Rindu [PeRi] terombang ambing di tengah samudra rindu.
Meski luka lebam membiru
Ku masih menantimu.
Badai penantian menghantam, ku lepaskan jangkar
Yaa.. Ku kan bertahan.
Biarlah...
Meski benang rindu kusut sekalipun, kan ku urai.
Ku yakin, perjalanan indah suatu saat kan ku tuai.
Gerbang bahagia di ujung telah melambai.
Kisah ini kan berakhir di perjanjian suci..
Suatu saat nanti..
oleh : @perajutrindu