Pada jejak-jejak yang jatuh dari langkahmu
angin menghempaskan pahatan-pahatan kecil di jalan kepergian itu.
membangun peradaban pengubur lupaku dalam istana pasir.
di pantai pulau merah.
Perubahan musim tak merubuhkan kau secuil pun dari kepalaku
sebab kau telah menjadi lukisan yang terpaku di dinding dada
paku yang menyukai setiap pukulan palu yang kaubuat dari pelukanmu.
begitu menancap kuat di ingatan.
Jika pantai ini kau dedah, kau hanya akan menemukan kepalaku
tapi akankah kutemukan aku jika kepalamu kubedah dengan pantai ini?
"bisa iya, mungkin tidak," sahut detik arlojimu.
kepalaku pun terangguk mahfum.
(by: @kopigenic)
No comments:
Post a Comment